Minggu, 14 Maret 2010

Sepenggal Biografi

Raden Aria Wiriatmadja lahir dari pasangan Raden Ngabehi Dipadiwirja (Kepala Demang Prajurit Ayah) dengan anak dari Mas Ngabehi Kertajaya (Surakarta) di Adireja, Banyumas Agustus 1893.
Pada usia 21 tahun, Raden Aria Wiriatmadja sudah bekerja menjadi Juru Tulis Katrolir Belanda di Banjarnegara, namun jabatan ini hanya dipegang selama 2 tahun saja.
Kemudian Raden Aria Wiriatmadja menjadi Mantri Polisi di Bawang, Distrik Singamerta, Banjarnegara selama 9 tahun.
Pada tahun 1863, beliau diangkat menjadi Wakil Wedana Batur dengan masa jabatan selama 3 tahun. Kemudian karirnya mulai menanjak menjadi Wedana Definit Batur, Banjarnegara 3 Agustus 1866, akhirnya dimutasikan ke tempat kelahirannya menjadi Wedana Adirerja. Namun beberapa tahun kemudian, beliau dimutasikan ke bagian lebih penting di Banyumas. Setelah 5 tahun menjadi wedana, beliau diangkat lagi menjadi Patih di Purwokerto.

Berbagai jabatan diatas, beliau terima karena ketekunan, pengabdian dan jasa-jasa beliau kepada pemerintah Belanda waktu itu.

Beliau menerima Bintang Gele Medalile atau Mendali Emas tahun 1891.
Gelar yang diraih dimulai dari Rangga (1900) - gelar Aria (1902). Biasanya seseorang yang baru mendapat gelar Aria apabila sudah bekerja pada pemerintah Belanda selama 50 tahun berturut-turut.

Selain dikenal sebagai Patih di Purwokerto, beliau adalah perintis koperasi dan pendiri bank di Indonesia yang merupakan cikal bakal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Sabtu, 13 Maret 2010

Pelaku UKM sulit peroleh KUR

Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) anggota Asosiasi Perajin dan Industri Kecil (APIK) Kabupaten Cilacap menyatakan sulit memperoleh kredit usaha rakyat (KUR) yang disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI).

"Kami sulit memperoleh KUR yang katanya ditujukan bagi usaha kecil yang tidak memiliki agunan tetapi punya usaha yang nyata," kata Ketua APIK Sumarno di sela-sela diskusi panel Penguatan Sektor Riil Menghadapi Perdagangan Bebas China-ASEAN yang diselenggarakan Kantor Bank Indonesia Purwokerto dan Persatuan Wartawan Indonesia Perwakilan Banyumas di Gedung Rudiro Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, 3 maret 2010.

Bahkan setiap kali UKM mengajukan KUR, kata dia, pihak bank penyalur justru mengarahkan pada kredit umum yang menggunakan agunan.

Dia menyatakan, pernah membawa permohonan KUR dari sejumlah anggota APIK di Kecamatan Kampung, tetapi semua proposal tersebut ditolak oleh bank dan diarahkan untuk pengajuan kredit umum.

"Padahal mereka tidak punya agunan untuk pengajuan kredit umum tersebut," katanya.

Menurut dia, para pelaku UKM sering kali berupaya sendiri untuk mengikuti berbagai pameran sebagai sarana mempromosikan produk mereka.

"Alhamdulillah kami juga terbantu oleh BUMN seperti Pertamina yang sering mengajak kami untuk ikut pameran," kata dia yang juga perajin furnitur dan handicraft.

Sementara itu perajin patung Asmat, Mardi Rahayu menyatakan, pernah mengajukan KUR kepada BRI tetapi justru diarahkan untuk mengambil kredit umum.

"Padahal pemerintah menambah alokasi untuk KUR dan kredit ini ditujukan bagi usaha kecil yang tidak punya agunan tetapi memiliki usaha yang jelas," kata dia yang juga Sekretaris APIK Kabupaten Cilacap.
(dikutip dari: BeritaDaerah.Com)

  • Gimana nih BRI, apa kalian lupa dengan cita-cita dan perjuangan dari pendiri/perintis kalian yang ingin membantu mensejahterakan rakyat. Masa BRI sekarang seperti waktu jaman Jepang (Syomin Ginko) berjanji muluk tapi membebani dan menjerat ?